Rumah Tangga Harmonis Rasulullah SAW

Rasulullah SAW. Semua umat manusia, khususnya umat muslim di dunia ini menjadikan beliau sebagai kiblat dalam kehidupan mereka. Terutama dalam membina keharmonisan rumah tangga. Keromantisan beliau membuat hati istri beliau luluh. Rasa hormat dan kasih sayang terhadap istri-istri membuat beliau di segani. Rasulullah SAW adalah panutan utama untuk para suami dalam berumah tangga.

Rasulullah SAW
Rumah tangga harmonis Rasulullah SAW

Berikut ini adalah kutipan dari hadis-hadis dan riwayat yang menceritakan kisah-kisah Rasulullah SAW dalam membina keharmonisan rumah tangga.


Membukakan pintu untuk istrinya, baik di rumah, kendaraan, dan lainnya. Dari Anas, dia berkata:"Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi SAW menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah. Kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga dia bisa menaiki untu tersebut." (HR Bukhari)

Kisah Rasulullah SAW di atas harus dijadikan kebiasaan para suami untuk menjaga keharmonisan rumah tangga. Sungguh betapa Rasulullah SAW menghormati dan menyayangi istri beliau. Itulah salah satu hal yang membuat rumah tangga Rasulullah SAW begitu harmonis.


Mencium istri. Tidak bisa dipungkiri bahwa mencium pasangan adalah simbol utama dari keromantisan. Banyak riset mengatakan bahwa ciuman mampu meningkatkan gairah dalam hubungan rumah tangga. Dengan begitu keromantisan dan keharmonisan akan datang dengan sendirinya. 

Bahkan jauh sebelum para ahli menyimpulkan banyaknya manfaat dari berciuman bagi pasangan, Rasulullah sudah lebih dulu menerapkannya. Dari Aisyah RA, bahwa,"Nabi SAW biasa mencium istrinya setelah wudhu, kemudian beliau shalat dan tidak mengulangi wudhunya." (HR Abdurrazaq)

Bahkan di saat Rasulullah SAW sedang beribadah puasa pun masih sering mencium istrinya. "Nabi SAW sering mencium Aisyah dan itu tidak membatalkan puasa." (HR Nasai dalam Sunan Kubra II/204)


Makan dan minum sepiring/segelas berdua. Dari Aisyah RA, ia berkata:"Aku biasa minum dari gelas yang sama ketika haid, lalu Nabi SAW mengambil gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum." (HR Abudrrozaq dan Said bin Manshur, dan riwayat lain yang senada dari Muslim) 

Dari Aisyah RA, di berkata, "Saya biasa minum dari cangkir yang sama ketika haid, lalu Nabi SAW mengambil cangkir tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat saya meletakkan mulut saya, lalu beliau minum, kemudian saya mengambil cangkir, lalu saya menghirup isinya, kemudian beliau mengambilnya dari saya, lalu beliau meletakkan mulutnya pada tempat saya meletakkan mulut saya, lalu beliau pun menghirupnya." (Hr Abdurrozaq dan Said bin Manshur)

Nabi SAW pernah minum di gelas yang digunakan Aisyah. Beliau juga pernah makan daging yang pernah digigit Aisyah. (HR Muslim No. 300)

Selain itu Rasulullah SAW juga sering menyuapi istri beliau. Dari Saad bin Abi Waqosh RA berkata: "Rasulullah SAW bersabda:"Dan sesungguhnya jika engkau memberikan nafkah, maka hal itu adalah sedekah, hingga suapan nasi yang engkau suapkan ke dalam mulut istrimu."" (HR Bukhori (VI/293) dan Muslim (V/71))


Menyayangi dan melayani istri dengan baik. Alangkah bahagianya sebuah keluarga jika setiap pasangan saling menyayangi dan melayani. Hal itu seringkali Rasulullah SAW tunjukan dalam keseharian beliau.

Dari Abu Hurairah, dia berkata: "Rasulullah bersabda: "Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya."" (HR Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hadist Hasan Shahih)

Beliau juga begitu menaruh rasa perhatian lebih terhadap istri ketika ia sedang jatuh sakit. Diriwayatkan oleh Aisyah RA, "Nabi SAW adalah orang yang penyayang lagi lembut. Beliau orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit." (HR Bukhari No. 4750, HR Muslim No. 2770)

Tak hanya itu, di saat istri sedang haid, Rasulullah SAW tidak sedikitpun mengendurkan rasa sayang dan perhatian kepada istri beliau.


Memberi Hadiah. Siapa yang tidak bahagia saat menerima hadiah dari pasangannya? Dan Rasulullah SAW pun mengajarkan kita bahwa menciptakan keluarga yang bahagia adalah dengan cara membahagiakan pasangan. 

Dari Ummu Kaltsum binti Abu Salamah, ia berkata, "Ketika Nabi SAW menikah dengan Ummu Salamah, beliau bersabda kepadanya, Sesungguhnya aku pernah hendak memberi hadiah kepada Raja Najasyi sebuah pakaian berenda dan beberapa botol minyak kasturi, namun aku mengetahui bahwa Raja Najasyi telah meninggal dunia dan aku mengira hadiah itu akah dikembalikan. Jika hadiah itu memang dikembalikan kepadaku, aku akan memberikannya kepadamu."

Ia (Ummu Kultsum) berkata, :Ternyata keadaan Raja Najasyi seperti yang disabdakan Rasulullah SAW, dan hadiah tersebut dikembalikan kepada beliau, lalu beliau memberikan kepada masing-masing istrinya satu botol minyak kasturi, sedang sisa minyak kasturi dan pakaian tersebut beliau berikan untuk Ummu Salamah." (HR Ahmad)

Tidak hanya benda saja yang Rasulullah SAW biasa berikan untuk istri, beliau seringkali memberikan kejutan untuk istrinya. Dari Said bin Yazid, bahwa ada seorang wanita datang menemui Nabi SAW, kemudian beliau bertanya kepada Aisyah RA: "Wahai Aisyah, apakah engkau kenal dia?" Aisyah RA menjawab: "Tidak, wahai Nabi Allah." Lalu, Nabi SAW bersabda: "Dia itu Qaynah dari Bani Fulan, apakah kamu mau ia bernyanyi untukmu?", maka bernyanyilah Qaynah untuk Aisyah RA. (HR An Nasai, kitab Asyratun Nisa, No. 74)

Selain itu beliau juga sabar dalam hal membahagiakan istri. Dari Aisyah, dia berkata: "Pada suatu hari raya, orang-orang kulit hitam mempertontonkan permainan perisai dan lembing. Aku tidak ingat apakah aku yang meminta atau Nabi SAW sendiri yang berkata kepadaku: Apakah kau ingin melihatnya? Aku jawab: Ya. Lalu beliau menyuruhku berdiri di belakangnya. Pipiku menempel ke pipi beliau. Beliau berkata: Teruskan main kalian, wahai Bani Arfidah (julukan orang-orang Habsyah)! Hingga ketika aku sudah merasa bosan, beliau bertanya: Apakah kamu sudah puas? Aku jawab: Ya. Beliau berkata: Kalau begitu, pergilah!" (HR Bukhari dan HR Muslim)


Mengantar Istri. Rasulullah SAW tidak pernah membiarkan istri beliau berpergian sendiri. Safiyyah, istri Nabi SAW, menceritakan bahwa dia datang mengunjungi Rasulullah SAW ketika beliau sedang melakukan itikaf pada hari kesepuluh yang terakhir di bulan Ramadhan. Dia berbicara dekat beliau beberapa saat, kemudian berdiri untuk kembali. Nabi SAW juga ikut berdiri untuk mengantarkannya. (Dalam satu riwayat 492 dikatakan: "Nabi SAW berada di masjid. Di samping beliau ada para istri beliau. Kemudian mereka pergi (pulang). Lantas Nabi SAW berkata kepada Shafiyyah binti Huyay: "Jangan terburu-buru, agar aku dapat pulang bersamamu."") (HR Bukhari dan HR Muslim)

Rasulullah SAW juga mengajak istri jika beliau makan di luar. Anas mengatakan bahwa tetangga Rasulullah SAW-seorang persia-pintar sekali membuat masakan gulai. Pada suatu hari dia membuatkan masakan gulai yang enak untuk Rasulullah SAW. Lalu dia datang menemui Rasulullah SAW untuk mengundang beliau makan. Beliau bertanya: "Bagaimana dengan ini? (maksudnya Aisyah RA)" Orang itu menjawab: "Tidak." Rasulullah SAW berkata: "(Kalau begitu) Aku juga tidak mau." Orang itu kembali mengundang Rasulullah SAW. Beliau bertanya: "Bagaimana dengan ini?" Orang itu menjawab: "Tidak." Rasulullah SAW berkata: "Kalau begitu, aku juga tidak mau." Kemudian orang itu kembali mengundang Rasulullah SAW dan beliau kembali bertanya: "Bagaimana dengan ini?" Pada kali ketiga orang Persia tersebut mengatakan: "Ya." Akhirnya mereka berdiri dan segera berangkat ke rumah orang itu. (HR Muslim)

Tak hanya makan di luar saja, Rasulullah SAW acap kali mengajak istri bila berpergian ke luar kota. Aisyah RA berkata: "Biasanya Nabi SAW apabila ingin melakukan suatu perjalanan, beliau melakukakn undian di antara para istri. Barangsiapa yang keluar nama/nomor undiannya, maka dialah yang ikut pergi bersama beliau." (HR Bukhari dan HR Muslim)

Keromantisan Rasulullah juga sering beliau tunjukkan dengan mengajak istri jalan-jalan di malam hari. Rasulullah datang di malam hari, kemudian mengajak Aisyah berjalan-jalan dan berbincang-bincang. (HR Muslim 2445)


Memperhatikan perasaan istri. "Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan begitu pula dengan istrinya, maka Allah memperhatikan mereka dengan penuh rahmat, manakala suaminya merengkuh telapak tangan istrinya dengan mesra, berguguranlah dosa-dosa suami istri itu dari sela jemarinya." (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi dari Abu Said Alkhuridzi RA)

Bagaimana Rasulullah SAW menjaga perasaan seorang istri dapat dilihat dari kebiasaan beliau ketika beliau merasa tergoda oleh wanita lain. Dari Jabir, sesungguhnya Nabi SAW pernah melihat wanita, lalu beliau masuk ke tempat Zainab, lalu beliau tumpahkan keinginan beliau kepadanya, lalu keluar dan bersabda, "Wanita, kalau menghadap, ia menghadap dalam rupa setan. Bila seseorang di antara kamu melihat seorang wanita yang menarik, hendaklah ia datangi istrinya, karena pada diri istrinya ada hal yang sama dengan yang ada pada wanita itu." (HR Tirmidzi)

Ada satu hal lagi yang mungkin jarang para suami lakukan di rumah. Yaitu membantu pekerjaan rumah. Aisyah RA pernah ditanya: "Apa yang dilakukan Nabi SAW di rumahnya?" Aisyah RA menjawab: "Beliau ikut membantu melaksanakan pekerjaan keluarganya." (HR Bukhari)


Meredakan kemarahan istri dengan mesra. Pernah suatu hari Aisyah RA sedang terlihat begitu marah entah apa penyebabnya dan Rasulullah SAW memijit hidung Aisyah RA, kemudian berkata: "Wahai  Aisy, bacalah doa: "Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkan kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan."" (HR Ibnu Sunni)


Memberikan panggilan khusus. Mungkin kita punya panggilan khusus untuk pasangan kita, seperti sayang, beb, honey, ndut dll. :) Rasulullah SAW juga punya panggilan khusus untuk istri beliau. Rasulullah SAW memanggil Aisyah RA dengan Humariah yang berarti pipi kemerah-merahan. Rasulullah juga kadang memanggil Aisyah RA dengan Aisy. Dalam bahasa arab pemenggalan huruf terakhir menunjukan panggilan manja/sayang.


Itulah tadi beberapa hal yang biasa dilakukan oleh Rasulullah dalam menjaga keharmonisan rumah tangga. Semoga anda bisa menerapkannya dalam rumah tangga anda dan saya doakan rumah tangga bisa seharmonis dan seromantis keluarga Rasulullah SAW. Amin.

No comments:

Post a Comment